Kamis, 24 Mei 2012
Senin, 14 Mei 2012
JADILAH WANITA CANTIK SECARA FISIK DAN SPIRITUAL
Terlahir seorang wanita adalah anugrah yang sangat besar, meski...terkadang beragam masalah mulai dari fisik hingga masalah umum kerap melilit kehidupan .
Berbicara tentang wanita tak kan ada habis-habisnya mulai dari urusan :
-Keluarga
-Dapur
-Urusan ranjang
-Urusan kecantikan
-Bisnis sambilan
-Kerja kantor
-Dll
Tapi masalah CANTIK yang kerap di dengung-dengungkan bukanlah sekadar tampilan fisik wanita, dan tentunya semua sejatinya hidup adalah dimulai dari pikiran rumus. Begitu juga dengan kecantikan menggunakan rumus. Dan tak ada masalah sesuatu yang berlalu itu tak berumus.
Cantik adalah kontruksi wacana yang terpadu didalamnya sebagai sudut pandang. Cantik dirumuskan menurut presepsi tertentu baik ideologi neoliberal yang kaya khazanah batin. Tetapi,...cantik selalu berjiwa unifersal, meski banyak rumus menjadi cantik. Namun, harus ada kriterial cantik yang ideal bagi tamaddun kemanusiaan, bukan sekadar cantyik yang dapat diamini segolongan ummat manusia.
Dalam sastra...
"Keindahan wanita terletak pada kecantikannya, Keindahan laki-laki terletak pada akalnya"
Karena itu wanita harus cantik secara sosial degan kecerdasan rohani sekaligus kesercdasan intelektual, jujur, berpengetahuan, agar kita tetap cantik sepanjang masa.
CANTIK TIDAKLAH PERLU RIASA YANG TEBAL...
Terkadang banyak wanita yang bersolek untuk di luar rumah, sekarang memang tak perlu bersolek tebal tuk orang banyak, justru kita si sunanhkan bersolek tuk suami tercinta. Bukan lah riasan yang tebal di anggap itu cantik di pandang mata, yang cantik tu ahlaq dan kepribadiannya.
Ada banyak wanita yang mengganngap dirinya cantik di mata nya, dan jelek di mata orang banyak...itulah wanita yang tak punya ahlaq.agi yg sudah menemukan separuh dari din nya alias sudah menikah maka wanita berhias untuk sang suami. Mempercantik diri utk sang suami. Jadi sang suami tidak hanya kebagian daster style mulu dari sang istri. Kan kasian suaminya, Cuma dapat daster stile aja, tapi utk orang lain dandan habis-habisan (kaya pepatah daerah ku ”biar mati yg penting gaya”..). bagi yg masih single alias jojoba( jomblo-jomblo bahagia..), berhias nya hanya agar dia menjadi sehat, bersih dan tidak jadi muslimah nyebelin (sapa yang ga sebel sih kalaw kita nya BB alias burket, pake baju ngasal aja hingga mata orang sakit ngelihatnya, kummel, bau apalagi kalau udah rada siangan..). secara Allah itu indah dan suka akan keindahan. Sebagai makhluk ciptaan Nya pun kita kudu indah dalam arti yang wajar dan Allah sukai. Terlihat indah tidak harus mahal, glamor, tapi cukup memakai sesuatu yang pantas kita gunakan. Masa kita tega menghamburkan banyak uang hanya untuk diri sendiri dan untuk hal-hal yang mubazir sedangkan saudara-saudara kita masih banyak yang hidup dalam kemiskinan.
Raihlah kecantikan itu dari dalam, kecantikan itu dan bersumber dari dalam kebersihan jiwa. bukan penampilan fisik yang aduhae.
Cantik instan, yakni dengan polesan kosmetik saja, bukan lagi zamannya. Banyak orang di abad millennium lebih percaya, sehat itu cantik, dan cantik itu sehat. Dibolak-balik seperti apa pun, kuncinya adalah cantik dan sehat luar dalam. Seiring dengan berjalannya waktu, semakin
meningkat usia seseorang, akan turun kemampuan alamiah kulitnya. Untuk itu seimbangkan nutrisi dan olah raga, perawatan secara rutin.
Mendapatkan kecantikan, banyak orang sibuk berdandan dan bersolek dengan warna warni mik up. Padahal cantik itu harus di mulai dari dalam diri, Menjadikan diri sebagai hamba Tuhan yang taat, selalu berada dalam jalanNya yang lurus.
Minggu, 13 Mei 2012
SEPATU ONTONG PISANG
Sampai saat ini masih begitu kuingat, pengalaman di tahun 60an, saat-saat
saya masih bersekolah di tingkat dasar, yang nama sekolahnya adalah Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) tepatnya di sebuah desa yang terpencil di
pinggiran sungai bengawan Solo, desa yang diberi nama Gedangan. Kata Gedangan
diambil dari kata dasar gedang,
berasal dari bahasa jawa yang artinya adalah pisang. Kata gedang itu mendapat
akhiran an maka terbentuklah kata Gedangan.
Desa Gedangan memang merupakan desa yang ditumbuhi banyak tanaman pisang.
Di sepanjang pekarangan belakang rumah penduduk sepanjang alur Daerah Aliran
Sungai (DAS) rata-rata merupakan kebun
pisang. Konon nama desa ini diambil dari
banyaknya tanaman pisang yang
mendominasi desa.
Kehidupan di desa ini pada decade 60an memang masih sangat terbelakang.
Desa yang belum terakses penerangan listrik, masyarakat masih menggunakan lampu
teplok, sebagian masyarakat yang
sedikit lebih modern menggunakan lampu strongking
. Jalan-jalan masih berupa tanah liat yang apabila musim hujan keadaan jalannya
menjadi becek dan lengket di kaki, lengket juga di sandal atau bakiyak yang
kita pakai. Belum banyak orang di desa ini yang memakai sepatu kecuali
orang-orang yang pulang dari kota.
Namun dengan pedenya anak-anak
desa pada era tersebut bersekolah dengan banyak yg tak bersepatu alias nyeker.
Setiap kali kami melihat anak-anak yang sudah bersepatu karena telah dibelikan
oleh ayahnya yang pulang dari bekerja di kota Surabaya kami merasa ingin sekali
memilikinya namun apa daya orang tua kami hanya petani yang hidup di desa tak
tahu dimana harus membeli sepatu.
Pada suatu saat muncullah ide kratif kami ketika melihat mahkota
ontong(bunga) pisang yang berguguran jatuh di tanah kemudian kami ambil lalu kami jadikan
sepatu dan kami pakai untuk bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah
(MIM). Mahkota Ontong bunga pisang itu kami bentuk seperti layaknya sepatu dan
bagian atasnya diikat dengan tali yang berasal dari serat batang pisang (orang
desa kami menyebut gedebok pisang.
Tentu saja sepatu seperti ini tidak bisa bertahan lama paling hanya
bertahan beberapa hari saja, dengan pedenya kami pake sepatu buatan sendiri ini
untuk ke sekolah. Ketika sepatu ini aus dalam beberapa hari kamipun segera
membuat lagi. Tidaklah menjadi masalah jika kami secara terus menerus membuat
sepatu ontong pisang ini karena desa kami memang banyak pohon pisang tentunya
juga banyak ontong pisangnya.
Kini bila kami mengingat sepatu ontong pisang antik yang kadang kami bentuk seperti sepatu
aladin lalu kami pake untuk sekolah di sekolah dasar MIM desa kami dulu maka
kami kadang tertawa sendiri saat mengingatnya. Beruntung saja ketika tertawa sendiri tidak ada yang melihatnya. Coba
bila ada yang melihatnya pasti dianggap orang setengah gila….he..he..he….tetapi
akupun pernah bercerita kepada teman-teman sejawat saat ini bahwa dulu saat aku
bersekolah di desa terpencil sementara teman2 banyak yang telanjang kaki alias
nyeker dan sebagian bersepatu, aku biasa
pake sepatu dari mhkota ontong pisang yang kubikin sendiri….. Kawan-kawan ku
sejawat pun berkomentar : katrok betul kamu ! Dasar wong ndeso ….he…he…he…..
Selasa, 01 Mei 2012
TETES AIR MATA UNTUK GURUKU
AKAN KU KORBANKAN CINTAKU PADA IDHUL ADHAH
OBAT PELEBUR RINDU
Langganan:
Postingan (Atom)